* LOGIKA DEMOKRASI PLURAL-RADIKAL (1)
oleh Taufik Darwis
Disiapkan dengan maksud untuk menghidupkan lagi teori sosial-politik yang bercorak kiri: Marxist. Karena masyarkat kita sudah de facto dikuasasi teori sosial, neoliberal, sampai itapun sudah kehilangan bahasa untuk membicarakannya. Teori kritis yang ortodok sudah tidak memadai lagi. Sistem yang ada sekarang membuat orang tidak punya harapan lagi bahwa hidupnya lebih enak dan gampang, karena himpitanya semakin pelik dan semakin perkasa. Maka, mau tidak mau, kita harus mendefinisikan musuh kita itu siapa. Lewat mengidentifikasi, menerima kontradiksi yang tidk bisa dihilangkan.
oleh Taufik Darwis
Disiapkan dengan maksud untuk menghidupkan lagi teori sosial-politik yang bercorak kiri: Marxist. Karena masyarkat kita sudah de facto dikuasasi teori sosial, neoliberal, sampai itapun sudah kehilangan bahasa untuk membicarakannya. Teori kritis yang ortodok sudah tidak memadai lagi. Sistem yang ada sekarang membuat orang tidak punya harapan lagi bahwa hidupnya lebih enak dan gampang, karena himpitanya semakin pelik dan semakin perkasa. Maka, mau tidak mau, kita harus mendefinisikan musuh kita itu siapa. Lewat mengidentifikasi, menerima kontradiksi yang tidk bisa dihilangkan.
Laclau-Moufe pertama-tama bertolak dari: Hegemoni, Wacana, dan Dekonstruksi.
Tapi dikritik oleh muridmuridnya lewat teori psikoanalisa. Menggunakan teori hegemoni sebagai logika demokrasi
radikal adalah membayangkan masyarakat yang dipersatukan secara hegemonik,
berhubungan secara ideologis sebagai masyarakat yang sehat. Teori Bahasa
digunkan untuk memahami identitas subjek (personal maupun sosial), bahwa identitas
idukur secara relasional, tidak esensial, tidak dalam dirinya sendiri. Identitas itu selalu hasil dari artikulasi. Dan
wacana selalu merupakan hasil dari artikulasi, wacana merupakan sesuatu
totalitas.Ada moment dan unsur di dalam proses artikulasi. Moment itu menunjuk
posisi yang diartikulasikan, elemen/ unsur adalah posisi yang tidak
diartikulasikan. Siapa yang diartikulasikan? Apa yang diartikulasikan? Masyarakat
itu apa? Masyarakat itu siapa? Dimensinya banyak. Bagaimana makna ideologi,
seni etc terbentuk?
Fomasi sosial sebagai
praktik artikulasi
FORMASI SOSIAL, cara kerja hubungan paradigmatik dan
sintagmatik (cara kerja bahasa) yang mau dipakai menjelaskan persamaan dan
perbedaan. Kita membangun masyarakat dengan teori artikulasi, tapi bagaimana
cara mengartikulasikannya, ada dua cara:
a. Logika persamaan/ logika ekuivalensi: cara mengumpulan masyarakat, kita harus
mencari persamaannya, kata persamaan di sini harus dipahami sebagai NILAI (yang
sama)/ekuivalens.
b. Logika perbedaan/ logika deferensiasi: logika
Unsur-unsur ketika dibedakan dengan sesuatu yang sama boleh masuk dalam satu
kelompok: common diferentiation. Bukan berarti identik yang satu dengan yang lainnya tapi punya objek
pembeda yang sama. Menciptakan political
space.
Kontribusi yang seorang intelektual organik lewat logika persamaan, bisa merubah jadi unsur menjadi momen dalam sebuah totalitas terstruktur, sering dipakai dalam gerakan sosial. Tapi itu tidak berarti tidak ada masalah, masih ada antagonisme, kontradiksi, subversi akan selalu ada. Ketidakcocokan akan selalu ada. Manusia itu tidak identik. Di titik itulah kita mebutuhkan ideologi, menutup antagonisme. Logika persamaan adalah kelanjutan dari spesifikasi logika artikulasi.
Logika perbedaan, dipakai untuk menyatukan
orang-orang yang berbeda. Walapun berbeda tetap dimasukan, biasanya dipakai
dengan pembentukan negara. Membuat rangkaian, mengombinasikan, hal-hal yang berbeda
sedemikian rupa agar tifak terjadi diferensiasi secara binner.
Subjek bahasa
Apa yag dimaksud subjek oleh LM? subjek lahir karena menggunakan bahasa,
subject position. Subjek itu tidak pernah ada, kecuali berbahasa: disitulah
subjek mempunyai posisi. Manusia adalah organisme
yang didorong untuk mencari kepuasan. Celakanya, itu harus melalui struktur
bahasa. Begitu kita tau bahasa, kita jadi tau ada yang boleh ada yang tidak. Seni
menyalurkan libido lewat bahasa yang ada. Pengalaman menjadi subjek itu harus
lewat bahasa. Totalitas masyarakat itu sering dipandang sebagai Liyan
(masyarakat yang terartikulasikan). Tapi dengan berbahasa subjek mengalami
alienasi karena dia menggunakan bahasa masyarakat, bukan dirinya. Yang kita
punya itu selalu puny orang lain.
Subjek itu teralienasi, tapu
justru karena itulah dia bisa mencapai identitas. Tapi itu tidak mungkin,
karena identitas itu relasional, bukan saya adalah saya. Teori politik lacanian
berbasis dari sini. Dari satu sisi kita mengalami diri kita sebagai subjek
bahasa dan subjek libido. Dorogan libido sebetulnya membuat kita mecampai
sesuatu yang maksimal kayak apa? Orang ingin mengalami persatuan primodial
maternal, situasi dimana orang belum mengenal bahasa. Ketika berbahasa orang
menghadapi boleh dan tidak. Makanya tidak mungkin mengalami persatuan itu. Maka
dari itu hakikat subjek adalah split.
Subjek
selalu berusaha untuk menemukan dirinya, menutupi kekurangan, keriduannya untuk
mengalami persatua dengan primodial maternal. Proses itulah yang disebut
identifikasi. Kita tidak pernah berhenti. (itulah kebudayaan). Kebudayaan
merupakan hasil sampingan orang yang ingin mengalami persatuan dprimodial
maternal, tidak mungkin tapi harus dilakukan untuk menemukan dirinya.
Di titiklah inilah sublimasi. Sublimasi: agama, pengetahuan, seni. Di antaranya
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengalami kemustahilan.
----
Komentar
Posting Komentar