10 Januari 2014 pukul 11:37
Pendidikan dan kebudayaan secara fundamental sangat berhubungan...malah hampir-hampir identik.
Proses pendidikan baik formal dan informal memainkan peran utama dalam membentuk nilai-nilai budaya, membuka pengalaman budaya dan merangsang aktivitas budaya dari semenjak pra-sekolah. Konsep dasar yang digunakan oleh para ekonom dalam menganalisis pendidikan adalah modal manusia. Dan penafsiran produksi dalam perekonomian mendasarkan pada kategori tiga sumber daya/input: lahan, tenaga kerja dan modal (modal fisik dalam bentuk bangunan, mesin, peralatan, dsb). Ekonom Theodore Schultz dan Gary Becker di University of Chicago mengembangkan teori human capital, berdasarkan pada proposisi bahwa kapasitas dan keterampilan manusia terdiri suatu bentuk modal, seperti modal fisik, yang produktif dalam menghasilkan output ekonomi.
Konsep “modal manusia” memiliki implikasi untuk menganalisis permintaan untuk pendidikan, baik di tingkat individu dan sosial:
- individu: dapat diamati dalam peningkatan produktivitasnya sebaga hasil dari memperoleh ide-ide baru dan keterampilan yang berguna di tempat kerja. Menyebabkan dirinya dihargai yang lebih tinggi daripada yang dicapai oleh pekerja yang sama tetapi tidak berpendidikan.
- Sosial: Manfaat serupa dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan sebagai akibat dari investasi publik dalam pendidikan. manfaat dari pendidikan jauh lebih luas daripada hanya diukur dengan prestasi tenaga kerja yang lebih produktif , karena dapat bermanfaat bagi: kohesi sosial, berkurangnya kejahatan dan kekerasan, proses politik berfungsi lebih baik, menurunkan biaya kesejahteraan, pasar yang lebih efisien; memperbaiki komunikasi, kualitas media yang lebih tinggi, dan basis kuat untuk perpindahan antargenerasi.
Sejauh ini pentingnya dari ekonomi wahana penting untuk redistribusi pendapatan, khususnya melalui efek wajib belajar untuk keluar dari siklus kemiskinan. Manfaat sosial dan ekonomi yang tak terbantahkan menyebabkan pembiayaan pendidikan secara universal dianggap sebagai tanggung jawab pemerintah. Namun, kontribusi swasta, misalnya untuk biaya mahasiswa, mungkin juga diperlukan.
Prinsip umumnya adalah investasi publik dalam pendidikan (atau seharusnya) dipandu oleh penilaian biaya-manfaat yang luas, di mana tingkat pengembalian atas investasi ditafsirkan untuk menutupi secara langsung kedua dampak ekonomi dan manfaat sosial yang lebih luas. Pada gilirannya, campuran sumber-sumber keuangan publik dan swasta, setidaknya pada tingkat pasca-sekolah, harus mencerminkan keseimbangan masyarakat dan keuntungan pribadi yang diperoleh. Namun dalam kenyataannya, keseimbangan antara pendanaan publik dan swasta pendidikan ditentukan dari politik daripada pertimbangan ekonomi.
Pendidikan Seni di Sekolah
Manfaat ini membentuk dasar bagi kebijakan pemerintah untuk menyediakan dukungan untuk proses pembelajaran seni kreatif di sekolah, sebuah arena pendidikan di mana pembiayaan publik adalah esensial. Tapi seni (anak musik, drama, tari, sastra dan seni rupa) terpinggirkan dalam kurikulum sekolah, karena lebih diangap kemewahan dari pada kebutuhan.
- Peran/manfaat seni kreatif dalam pendidikan anak-anak (TK), sampai remaja:
- simple enjoyment dari kegiatan kreatif dan ekspresif.
- Penanaman cara kreatif dan inovatif (sumbangan berfikir untuk meningkatkan belajar subjek ilmu lain, mis: Matematika dan IPA)
- Meningkatkan interaksi sosial.
- meletakkan pondasi untuk lebih kaya dan lebih luas (pengalaman artistik dan budaya) di kemudian hari.
2. Manfaat utama dari pendidikan seni di sekolah-sekolah ketika dinikmati sebagai barang publik oleh masyarakat berasal dari pertimbangan:
- Pembinaan kreativitas dan pengembangan keterampilan kreatif pada anak-anak memiliki hasil ekonomi baik secara langsung (peningkatan produktivitas tenaga kerja kreatif di masa depan), dan secara tidak langsung, (penyebaran kreativitas melalui perekonomian)
- Pendidikan Seni berkontribusi untuk hampir semua manfaat sosial dari pendidikan pada umumnya (kritik, dll)
- Pendidikan seni menghasilkan keuntungan jangka panjang untuk generasi mendatang.
- Ini adalah salah satu hal untuk mengidentifikasi adanya manfaat yang dirasakan publik dari pendidikan seni
Di sisi lain, para ekonom telah cukup maju dalam beberapa tahun terakhir dalam mengukur permintaan barang-barang publik, dengan menggunakan metode survei untuk mengukur kesediaan masyarakat membayar manfaat yang terasa. Jadi, cukup layak untuk merancang sebuah contingent-valuation (studi ketergantungan-pe-nilai-an) untuk menaksir seberapa banyak angka populasi pada publik, baik yang tidak berwujud, atau yang dapat diukur dalam ekonomi sebagai pedoman dasar kebijakan.
Di bawah ini adalah beberapa jalan agar kebijakan pemerintah terhadap pendidikan seni untuk anak-anak usia sekolah dapat dikerjakan:
- Penggabungan seni kreatif dalam kurikulum negara ditetapkan pada semua tingkat (TK-SM)
- Penyediaan sumber daya untuk sekolah (bahan-bahan seni visual, alat musik, dll, dan fasilitas infrastruktur untuk pengajaran).
- pelatihan guru dalam seni, untuk menjamin pasokan yang memadai dari guru yang cukup baik dengan karir yang menarik.
- membiayai seniman-seniman dalam program-program sekolah untuk membawa seniman profesional lintas bentuk-bentuk seni kedalam sekolah-sekolah untuk berbagai periode waktu.
- Kemitraan dengan organisasi budaya publik dan swasta untuk memfasilitasi kunjungan sekolah, misalnya ke galeri, museum, pertunjukan teater, studio seniman, dll.
- Program liburan untuk anak-anak seperti kamp musik atau kunjungan budaya.
- out-of-school programmes, yang menggunakan seni untuk mendidik anak-anak.
Pendidikan dan Pelatihan Seniman
Keputusan individu, untuk bisa memulai karir artistik dalam hal ekonomi, akan berperan sebagai salah satu investasi dalam modal manusia. Calon seniman perlu mempertimbangkan biaya modal individu bahwa ia akan dikenakan biaya ketika menjalani pelatihan (uang kuliah, bahan produksi, dll). dan untuk selanjutnya hasil ekonomis akan diukur dengan waktu-aliran imbalan keuangan sampai ke masa depan. Perhitungan analisis biaya-manfaat dapat diterapkan untuk melihat, apakah pengembalian keuangan/penghasilan akan mengembalikan modal awal.
Aplikasi semacam ini berhadapan dengan kesulitan praktis dalam situasi apa pun, tetapi tidak sulit untuk melihat bahwa ada masalah khusus pada pendekatan ini bila diterapkan untuk seniman. Dua kesulitan utama:
- seniman mengharapkan penghasilan cenderung untuk menjadi relatif kecil dan tak terduga.
- motif non-uang dalam hal apapun akan jauh lebih penting dari pada mengharapkan imbalan keuangan dalam mendorong seniman menuju karir artistik.
Model modal manusia memang memiliki beberapa relevansi dalam menganalisis konsekuensi ekonomi dari pendidikan seni. Contohnya: Apakah efek pelatihan awal seorang seniman benar-benar menjamin penghasilan artistik di masa depan? Efek dari pendidikan seni dan pelatihan pada pendapatan seniman, adalah penting untuk membedakan antara: ‘creative’ income and ‘arts-related’ income:
- Creative income: berasal dari inti praktek artistik dalam menciptakan karya seni original atau pertunjukan original.
- Arts-related income: diperoleh dari pekerjaan profesional seorang seniman tetapi tidak berasal dari karya kreatif inti; contoh yang paling umum seperti seni yang berhubungan dengan pekerjaan mengajar: pelukis membuka kelas di sekolah seni, musisi mengambil murid pribadi di kelas privat, dsb.
Di lihat dua perbedaan itu pendidikan seni memiliki efek yang lebih kuat daripada pendapatan seni yang terkait pada penghasilan kreatif dan pelatihan berhubungan secara positif dengan kualitas output kreatif. Kreativitas semakin diakui sebagai sumber daya utama bagi ekonomi baru. Jika memang benar bahwa seniman adalah sumber utama bagi dari ide-ide kreatif, maka dukungan pelatihan seniman profesional bisa memiliki hasil akhir ekonomi, melalui kontribusi kreativitas mereka bagi perekonomian.
Evolusi ekonomi kreatif selama beberapa tahun terakhir, bersama-sama dengan perubahan struktural dalam pasar tenaga kerja, telah memberi dampak ganda pada pola karir artistik. Tidak ada lagi jalur karir seniman linier, dari mulai pelatihan hingga praktek. Kualifikasi tidak selalu mengarah ke karir sebagai seniman profesional, pelatihan juga dapat dilihat sebagai pengembangan keterampilan yang mampu secara luas mengarah keberbagai aplikasi di perekonomian.
Pendidikan sebagai penentu konsumsi seni
Selain latar belakang keluarga dan tradisi yang diwarisi dari konsumsi budaya menjadi penting dalam mengembangkan rasa orang-orang untuk seni, ada juga, faktor penyebab yang cukup besar yang lain, yaitu pendidikan. Juga diketahui bahwa pendidikan sangat berkorelasi dengan pendapatan, sehingga studi permintaan dalam seni harus bergulat dengan masalah serius multikolinearitas dalam mencoba untuk mengurai efek relatif pada permintaan pendidikan dan pendapatan secara independen dari satu sama lain.
Bahwa pendidikan dalam seni memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan rasa dan akan mempengaruhi pola konsumsi artistik dengan cara yang mendasar. dan fakta budaya ini memiliki implikasi bagi cara-cara yang mendukung seni disampaikan, memperkuat strategi pendidikan seni, dan menunjukkan langkah-langkah pendidikan seni supaya memenuhi populasi orang dewasa/umum juga.
nah..
Berbagai cara di mana pendidikan dan seni terdiri dari persilangan area signifikan yang menarik bagi kebijakan budaya, memiliki implikasi ekonomi yang penting. Manfaat sosial dari pendidikan seni yang bertambah dari siswa sebagai individu dan untuk masyarakat secara keseluruhan. Baik karena pendidikan tersebut disampaikan untuk anak-anak sekolah untuk membangkitkan energi kreatif mereka dan untuk mengembangkan keterampilan kreatif mereka, maupun untuk siswa senior yang mencari pelatihan profesional untuk membuka kemungkinan karir artistik. Evaluasi manfaat dan biaya dari program pendidikan seni menggunakan investasi metode penilaian analisis ekonomi dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perumusan kebijakan.
Pada intinnya, pendidikan seni di setiap tingkatan memberikan manfaat budaya subtansial yang berharga dalam istilah mereka sendiri, tanpa mengacu pada setiap pembenaran/justifikasi ekonomi.
#Dari The Economics of Cultural Policy, David Throsby
Komentar
Posting Komentar