Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

SEDIKIT DARI ARENA PRODUKSI KULTURAL (SENI) PIERRE BOURDIEU

“Arena produksi kultural menempati posisi yang terdominasi dalam arena kekuasaan: ini adalah fakta utama yang diabaikan oleh teori-teori seni dan sastra biasa.” [1]             Apa yang dicari dari seorang lulusan lembaga pendidikan seni (teater) di dalam arena pergulatan disiplin yang multi disiplin ala Kajian Budaya? Itulah pertanyaan yang bermunculan dari orang-orang dengan latar belakang yang sama kepada saya. Ketika memutuskan masuk dalam arena kajian budaya, saya hanya berbekal berbagai pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh saya dan juga latar pendidikan tinggi saya dalam membaca berbagai peristiwa atau fenomena ihwal seni (teater) di dalam dan di luar kampus. Selama 6 tahun di perkuliahan, saya tidak hanya bergulat dalam wilayah praksis seni saja, yakni produksi dan terus produksi karena saya mengambil minat studi penyutradaraan, tapi saya juga tertarik akan dunia kepenulisan semacam kritik, catatan kreatif ataupun membuat review ala tulisan jurnalistik s

“TANAH” YANG INGIN DIJELASKAN

foto-foto Taufik Darwis Oleh Taufik Darwis K omunitas Celah Celah Langit (CCL)  melalu i penyu tradara an Iman Soleh mementaskan “ Tanah : O de K ampung K ami ” . Malam itu tanggal  2 8 Desember 201 2 di markas CCL sendiri (Ledeng, Bandung). Sebelum pertunjukan, seperti yang sudah menjadi kebiasaan penyelenggaraan pertunjukan di CCL, Iman Soleh sebagai pemimpin komunitas sekaligus sutradara menyapa penonton yang sudah berkumpul di panggung terbuka yang terletak di tengah-tengah bangunan kost-kostan  yang cukup luas. Penonton di CCL adalah penonton yang beragam, mulai dari masyarakat Ledeng (dari anak kecil sampai orang tua), mahasiswa, sampai kalangan penjabatat dan seniman. Setelah menyapa dangan hangat, Iman Soleh kemudian menceritakan tentang proses terciptanya pertunjukan, dari mulai gagasan, observasi-riset, penulisan naskah sampai proses produksi transformasi naskah ke bentuk pertunjukan. Gagasan tentang “Tanah” ini adalah gagasan tematik yang hampir sama dengan

DI ANTARA DUA BAYANG-BAYANG

sumber: http://www.kapanlagi.com/foto/berita-foto/indonesia/musikal-laskar-pelangi.html Oleh: Taufik Darwis   “Jangan bertanya apa sudah diberikan teater padamu, tapi pertanyakanlah apa yang sudah kamu berikan pada teater... ” Kemiskinan, adalah sebuah kata yang sensitif tapi sekaligus populer di arena pergaulan teater. Kalimat yang saya kutip di atas adalah kalimat yang begitu kentara terdistribusi dari mulut ke-mulut, ketika sedang memproduksi teater atau di dalam obrolan ringan ketika beberapa orang berkumpul membicarakan ihwal mentalitas di teater, biasanya dimulai dari senior kepada juniornya. Ini adalah salah satu pengalaman saya ketika resmi menjadi salah satu mahasiswa juruan teater. Memang, saya mulai mengalaminya ketika mulai masuk dalam pergaulan senior-junior, terutama di dalam kegiatan orientasi kampus dan organisasi mahasiswa. Tapi ternyata, kalimat di atas juga terdistribusi di dalam kegiatan belajar-mengajar formal, dari dosen kepada mahasisw