“Arena produksi kultural menempati posisi yang terdominasi dalam arena kekuasaan: ini adalah fakta utama yang diabaikan oleh teori-teori seni dan sastra biasa.” [1] Apa yang dicari dari seorang lulusan lembaga pendidikan seni (teater) di dalam arena pergulatan disiplin yang multi disiplin ala Kajian Budaya? Itulah pertanyaan yang bermunculan dari orang-orang dengan latar belakang yang sama kepada saya. Ketika memutuskan masuk dalam arena kajian budaya, saya hanya berbekal berbagai pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh saya dan juga latar pendidikan tinggi saya dalam membaca berbagai peristiwa atau fenomena ihwal seni (teater) di dalam dan di luar kampus. Selama 6 tahun di perkuliahan, saya tidak hanya bergulat dalam wilayah praksis seni saja, yakni produksi dan terus produksi karena saya mengambil minat studi penyutradaraan, tapi saya juga tertarik akan dunia kepenulisan semacam kritik, catatan kreatif ataupun membuat review ala tulisan jurnalistik s
culture is where we feel most at home