Langsung ke konten utama

Postingan

bekerja dengan ruang [pembacaan pilih-pilih pada Body Out]

Lagi-lagi saya mencoba menuliskan performance art . Sebuah pekerjaan yang kemungkian besar bisa tidak saya selesaikan dengan beberapa alasan-alasan yang saya benci. Pertama,  saya adalah orang yang tidak terlalu mendalami sejarah dan diskursus performance art . Kedua, saya  malah kerap skeptis pada beberapa praktiknya, ini bisa disebabkan oleh pengalaman dulu ketika saya melihat performance art disekitar saya yang cenderung mengagresi diri dan lingkungannya  atau bahkan sama sekali tidak memberikan ruang makna. Ketiga, meskipun bisa dibilang saya tidak jarang menyaksikan praktik performance art , kontruksi pengetahuan seni pertunjukan yang sedang saya bangun bisa sangat gampang meniadakan performance art , dengan alasan yang gampang seperti perbandingan kuantitas durasi dalam proses pengerjaan yang dianggap menentukan kualitas karya. Tapi bagaimanapun saya harus meyelesaikannya, sebab kalau tidak kata-kata menakutkan sang antagonis Viggo di dalam film John Wick menjadi aktual: “…
Postingan terbaru

pengalaman adalah rumah bagi benda dan tubuh [esai posthaste, teater payung hitam]

Teater Payung Hitam (TPH) diundang Komite Teater-Dewan Kesenian Jakarta untuk mementaskan “Posthaste” di Graha Bakti Budaya (GBB) pada tanggal 17-18 Mei 2017 sebagai pertunjukan pembuka rangkaian program Djakarta Teater Platform. Sesuai di buku acara, Djakarta Teater Platform adalah sebuah laboratorium bersama untuk melakukan kurasi di dataran gagasan, bukan di dataran karya, bagaimana teater “dipertaruhkan” dalam medan politik budaya di sekitarnya. Baca selengkapnya: kumpulan esai Posthaste

BUKU SEPERTI TETANGGA, BOLAK-BALIK KITA BERTAMU, TAPI TAK PERNAH JADI PENGHUNI RUMAHNYA, KECUALI KITA BANYAK DUIT DAN KAWIN.

Pada rencana awal penelitian, saya menemukan beberapa penelitian yang menyoroti hubungan (komunitas) teater dengan dunia ekonomi-politik, baik yang terbaru mapun yang lama. Seperti buku yang ditulis Radhar Panca Dahana: Ideologi Politik dan Teater Modern Indonesia , buku ini ditulis sebagai syarat kelulusannya di FISIP Universitas Indonesia. Radhar di dalam pengantarnya mengatakan bukunya ini adalah kerja pembuktian akan kegelisahannya terhadap   adanya hubungan (langsung atau tidak langsug, dalam bentuk apapun) antara dunia seni (teater modern) dengan ideologi politik di Indonesia.   Karena Radhar ingin meneliti seberapa jauh sesungguhnya penetrasi simbolik ideologi oleh pemerintah mempengaruhi simbol-simbol artistik sebuah pertunjukan teater, Dia menggunakan telaah semiotika teks, dibeberapa bagian terakhir Radhar mencoba menghubungkan antara status ekonomi politik dengan penciptaan simbol-simbol. Semacam tesis awal, Radhar mengataka bahwa: semakin tinggi posisi sosial anggota-an