Ketika menulis proposal tesis yang saya kerjakan hampir satu tahun, saya sekarang lebih melihatnya sebagai hasil perencanaan atau lebih tepatnya hasil dari bocornya perencanaan daripada perencanan itu sendiri, dan mungkin lebih tepat, bocornya terlalu banyak. Tapi dari bocoran itu, akhirnya saya memutuskan untuk menjadikannya sebagai sebuah perencanaan yang baru, meskipun tidak baru sama sekali. Diawali dengan kalimatkalimat ST. Sunardi di dalam proses ujian proposal waktu lalu: “Untuk apa teater dibutuhkan? Apa yang teater bisa berikan? Kamu seperti jadi jauh dengan teater, belum ...
culture is where we feel most at home